Dalang Panjang Mas adalah dalang Islam pertama murid eyang sunan Kali Jaga yang berdakwah pada masa peralihan kesenian bentuk wayang yang semula berwujud 'Beber', yakni pementasan wayang dalam bentuk lukisan di kain memanjang, menjadi bentuk wayang seperti yang dikenal era sekarang, wayang kulit dua dimensi dalam wujud satu persatu. Beliau sudah hidup sejak masa Sultan Agung Hanyakrawati atau dikenal sebagai Panembahan Seda Krapyak, putra Panembahan Senapati.
"Sinuwun Prabu tetap menyampaikan maksudnya kepada istri Ki Dalang namun serta merta ajakan itu pun langsung ditolaknya. Ia sudah bersuami dengan orang yang sangat dicintainya. Ia pun sedang mbobot (hamil) jalan dua bulan masa itu," jelas Jito, juru kunci Antaka Pura menerangkan.
Ilustrasi
Namun apa boleh dikata, hati yang kalap telah membutakan mata dan akal sehat, hasrat untuk memiliki sinden tersebut begitu hebat. Memang tiada taranya paras cantik wanita itu dibandingkan perempuan manapun, di kala itu.
Mendengar hal itu ternyata tak menyurutkan sedikit pun keinginan sang Prabu. Beliau semakin kalap melupakan akal sehat. Diutarakanlah sebuah maksud kepada bawahannya.
Baca juga : Kahyangan, Saksi Bisu Perjanjian Danang Sutawijaya Dengan Ratu Kidul
Sempat tersiar kabar bahwa sang Prabu lebih mencintai putra tiri dari pada putra mahkotanya. Hal inilah yang membuat keluarga istana semakin tidak menyukai Ratu Mas Malang.
"Lain hari kita undang lagi rombongan ini. Sebelum pentas, mereka dikasih jamuan makan dulu yang telah diberi racun mematikan di dalamnya. Namun sebelum itu, sinden itu dipisahkan dulu," sambung Jito mencoba menirukan ucapan sang Prabu.
Tibalah saatnya kejadian bersejarah yang direncanakan ini berjalan dengan sempurna. Ki Dalang Panjang Mas beserta seluruh awak pengrawitnya meninggal dunia setelah melahap jamuan makan yang disediakan, kecuali sinden itu, istri Ki Dalang Panjang Mas.
"Ki Dalang Panjang Mas dan seluruh pengikutnya kemudian dimakamkan di puncak bukit Sentana di Pleret Bantul ini," imbuh Jito.
Baca juga : Kahyangan, Saksi Bisu Perjanjian Danang Sutawijaya Dengan Ratu Kidul
Setelah peristiwa tersebut, berkembang cerita dalam dua versi. Yang pertama, mengetahui akan kejadian yang sebenarnya, selang tak berapa lama, sinden ini kemudian turut meracuni dirinya sendiri hingga menghembuskan nafas terakhir menyusul suaminya.
Versi kedua, sinden ini kemudian diperistri oleh sang Prabu kemudian diberi Gelar Ratu Wetan sebagai selir kinasihnya. Sang Prabu sangat perhatian secara berlebihan terhadap Ratu Wetan hingga membuat keluarga istana sangat iri padanya, terutama permaisuri dan istri selir lainnya. Hingga Ratu Wetan pun memiliki julukan tambahan sebagai Ratu Mas 'Malang'. Malang berarti yang merintangi jalan. Setelah Ratu Wetan melahirkan putra hasil dari perkawinan pertamanya dengan Ki Dalang Panjang Mas, sekitar tahun 1649 yang diberi nama Pangeran Natabrata atau Raden Resika, sang Prabu pun semakin gembira menerimanya.
Selang beberapa saat setelah itu Ratu Mas Malang jatuh sakit muntaber. Dalam sakitnya ia sering mengigau menyebut kata," Dalem..dalem..dalem..". Hingga raganya tak lagi kuasa menahan sakit disertai kotoran yang selalu keluar dari tubuhnya, akhirnya ia pun menghembuskan nafas terakhirnya.
Kabar buruk ini tentu membuat sang Prabu sangat sedih bercampur murka. Sebab kematian istri selirnya tersebut dianggapnya tak wajar. Beliau mengira Ratu Mas Malang diracuni oleh keluarga istana yang membencinya. Terlebih igauannya yang selalu menyebut kata 'Dalem'. Oleh sebab itu, beliau memerintahkan terhadap beberapa selirnya dan dayang-dayang di dalam istana yang dicurigainya untuk dikurung dalam sebuah rumah tanpa diberi makan hingga ajal menjemput satu persatu.
Jenazah Ratu Mas Malang dibawa ke Antaka Pura, tempat di mana Dalang Panjang Mas beserta seluruh pengikutnya dimakamkan. Dalam suasana kalut dan rasa tak percaya atas peristiwa yang terjadi, sang Prabu masih tidak mengijinkan istri selirnya tersebut dimakamkan hingga berhari-hari.
"Ratu Mas Malang belum dimakamkan hingga beberapa hari dan jasadnya mulai mengeluarkan aroma tak sedap. Sinuwun Prabu masih selalu menemani bahkan tidur di sisi Ratu Mas Malang hingga hari ketujuh. Sedianya Ratu Mas Malang dibuatkan liang lahat jauh dari suami pertamanya. Namun entah mengapa liang tersebut mengeluarkan air terus menerus hingga sekarang menjadi sebuah sendang," lanjut Jito meneruskan ceritanya.
Antaka Pura adalah benar-benar sebuah istana kematian, sebuah tempat bersemayam orang-orang yang menjadi korban tragedi intrik cinta Prabu Amangkurat I yang menggelapkan hati, membutakan mata dan mengalahkan akal sehat. Sebuah pembelajaran yang sangat patut untuk diambil hikmahnya.
(Heru Bencex)
Tonton Juga
Simak juga : video berita menarik smart news


0 Komentar