Sebagai seorang pemerhati budaya dan pelestariannya, ndoro Aning kerap kali melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang sudah berlabel situs, baik dalam kategori pra sejarah (sebelum Masehi) maupun sudah masuk dalam masa sejarah di Gunungkidul ini. Pun tak cukup itu, beliau masih mendatangi tempat-tempat yang masih disinyalir sebagai petilasan-petilasan para leluhur yang belum tersentuh pengelolaannya oleh dinas kebudayaan. Puluhan bahkan ratusan tempat seperti ini di Gunungkidul.
Perlu diketahui bahwa material candi Risan berbeda dengan candi pada umumnya yang berbahan batu hitam andesit yang berasal dari endapan lahar gunung berapi. Candi Risan berbahan dasar batu putih atau karst. Baik bangunan, pelataran hingga arca-arcanya. Dengan tekstur yang lebih lunak dibanding dengan batuan andesit maka batuan karst lebih rentan terkikis dan hancur sebab terkena terik matahari dan hujan. Untuk itu, seharusnya candi Risan yang umurnya diperkirakan lebih tua dari candi Borobudur ini perlu perhatian dan perlakuan khusus yang lebih. Ditambah menurut keterangan warga bahwa sudah banyak arca-arca yang dicuri orang.
"Dulu yang menemukan candi ini adalah mbah saya Ponco Semitro, dia seorang pertapa. Waktu ditemukan bangunan candi masih terlihat tinggi, belum hancur seperti ini. Di atasnya masih ada arcanya," jelas Samijo.
Asal usul nama asli candi ini pun masih misteri, hingga sekarang belum diketemukan bukti nyata berupa prasasti atau semacamnya. Hanya ketika diketemukan Ponco Semitro, dikarenakan lokasi candi merupakan area perbatasan antara kedaulatan Kasultanan Yogyakarta dan wilayah Kasunanan Surakarta maka tersebutlah nama 'irisan' (potongan). Hingga akhirnya tempat ini terkenal dengan nama 'Candi Risan'.
Beberapa warga sempat menemukan bagian-bagian candi yang nilainya sangat berharga, diantaranya berupa arca-arca yang berbahan tembaga di sekitaran candi.
"Saat ini arca-arca tembaga itu sudah diamankan di kapanewon (kecamatan). Kemudian di sisi pelataran lainnya pernah dilakukan observasi penggalian oleh dinas purbakala dan diketemukan semacam kolam pemandian," imbuhnya.
Sangat disayangkan apabila peninggalan budaya dan bukti sejarah seperti ini kurang dirawat secara intensif oleh pihak-pihak yang memangku kepentingan. Mengingat rentannya material candi yang digunakan dan sistem keamanan yang tidak maksimal. Masih banyak hal yang bisa dilakukan semua pihak, termasuk warga masyarakat demi harta yang tak ternilai harganya untuk diwariskan ke anak cucu di masa yang akan datang.
(Heru Bencex)
Tonton Juga

0 Komentar